14 November 2017

KESEHATAN KEUANGAN KELOMPOK


1.1. Pengertian
Pemeriksaan kesehatan keuangan kelompok adalah alat untuk melihat makna hubungan dari berbagai posisi keuangan kelompok, serta merupakan hasil dari pencerminan pengelolaan keuangannya sekaligus sebagai alat kendali.

1.2. Manfaat Pemeriksaan
·      Memperoleh informasi kondisi keuangan kelompok.
·      Mengetahui mutu hasil kerja pengurus.
·      Mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan.
·      Mengendalikan agar sesuai dengan tujuan yang telah disepakati dan ditetapkan (dalam AD/ART).

1.3. Posisi-posisi Penting yang harus Diperiksa
·      Tingkat tunggakan
·      Tingkat pertumbuhan kekayaan
·      Tingkat pertumbuhan modal sendiri
·      Tingkat utang
·      Tingkat penggunaan dana produktif
·      Tingkat hasil usaha
·      Tingkat perputaran dana
·      Tingkat ketangguhan menanggung resiko
·      Tingkat kehematan biaya (efisiensi)
·      Tingkat pemerataan pinjaman

1.4. Cara Memeriksa Posisi-posisi Penting 
a)   Tingkat tunggakan =    jumlah tunggakan    x 100%
   jumlah sisa pinjaman
              Posisi ideal : kurang dari 3%

b)   Tingkat pertumbuhan kekayaan

=  Jumlah kekayaan th. Ini – juml kekayaan th. Lalu    x 100%
                         jumlah kekayaan th. Lalu

         Posisi ideal : semakin besar semakin baik


c)   Tingkat pertumbuhan modal sendiri

=   juml SP + SW + SS + Cad th ini – juml SP + SW + SS + Cad th lalu       x 100%
                                  juml SP + SW + SS + Cad th. Lalu

     Posisi ideal : semakin besar semakin baik


d)   Tingkat utang  =          jumlah utang             x  100%
                                            jumlah modal sendiri

                 Posisi ideal : semakin kecil semakin baik


e)   Tingkat penggunaan dana produktif  

=  Bagian kekayaan yang menghasilkan (piutang, deposito, investasi)   x 100%
                                                      jumlah kekayaan

                      Posisi ideal : di atas 85%
                      Dana tidak produktif seperti uang kas, inventaris

f)    Tingkat hasil usaha    

=     Juml pendapatan hingga akhir tahun ini     x  100%
Rata-rata kekayaan yang produktif
           
Posisi ideal : lebih besar dibanding bunga deposito rata-rata.

Rata-rata kekayaan produktif
= (juml kekayaan produktif di awal tahun + juml kekayaan produktif di akhir tahun) : 2


g)   Tingkat perputaran dana

=  Juml pinjaman yang dicairkan selama setahun    x 100%
                 rata-rata juml kekayaan

                        Posisi ideal : semakin besar semakin baik.
           
Rata-rata jumlah kekayaan
= (juml kekayaan di awal tahun + juml kekayaan di akhir tahun) : 2


h)   Tingkat ketangguhan menanggung resiko

               =  Juml dana cadangan + SP + SW       x 100%
                            juml nominal tunggakan

Posisi ideal lebih dari 100 %


i)     Tingkat efisiensi biaya  =

 =     Juml biaya selama satu tahun                x 100%
     juml pendapatan selama satu tahun

Posisi ideal kurang dari 75%


j)     Tingkat pemerataan pinjaman  =

                      =  Juml peminjam yang masih mempunyai saldo pinjaman x 100%
                                                          jumlah anggota

Posisi ideal : lebih dari 65%.



SUMBER:

Anonimous, 2006. Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Nomor 16 Tahun 2006.
Anonimous, 2007. Modul Pelatihan Kelompok. Program Pengembangan Kecamatan, Regional Management Unit Wilayah - VII Jawa Timur.
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Pranoto, J dan Suprapti, W. 2006. Membangun Kerjasama Tim (Team Building)Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia, Jakarta.
Razi F dan Purnama R, 2010. Modul Teknik Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

13 November 2017

CARA MENYUSUN KOMPOSISI PAKAN IKAN

Komposisi bahan dalam pakan buatan disusun berdasarkan kebutuhan zat gizi setiap jenis ikan maupun udang. Komposisi ini sering disebut formulasi pakan.   Formulasi yang baik berarti mengandung semua zat gizi yang diperlukan ikan dan secara ekonomis murah serta mudah diperoleh sehingga dapat meinberikan keuntungan.
Penyusunan formulasi pakan terutama memperhatikan penghitungan nilai kandungan protein karena zat gizi ini merupakan komponen utama untuk pertumbuhan mbuh ikan.  Setelah diketahui kandungan protein dari pakan yang akan dibuat maka langkah selanjutnya adalah perhitungan untuk komponen zat-zat gizi lainnya.
Terdapat berbagai cara atau metode untuk menyusun formulasi pakan, tetapi yang paling umum dan mudah dilakukan adalah dengan metode empat persegi pearson's, metode persamaan aljabar, dan metode lembaran kerja (worksheet).  Berikut ini diberikan beberapa contoh cara menghitung/menyusun formulasi pakan dengan cara/mecode tersebut. Contoh-contoh ini dapat diperluas sendiri tergantung keinginan atau ketersediaan bahan baku.

FORMULASI DENGAN DUA BAHAN BAKU
Contoh
Bagaimanakah cara menyusun formulas! pakan untuk nila dengan bahan baku tepung ikan petek dan dedak.  Pakan itu diharapkan mengandung protein 30% atau cerdapat 30 g protein pada setiap 100 g formulasi pakan.
Penyelesaian dengan metode empat persegi pearson's
1.   Lihatlah/carilah  berbagai  referensi  yang  berkaitan  dengan  kandungan protein dari bahan baku yang tersedia dan akan digunakan, yaitu tepung ikan petek dan dedak.  Dari referensi dapat diketahui bahwa kandungan protein tepung ikan petek adalah 60% dan dedak 9,6%.                       
2.   Gambarlah  sebuah  bujur  sangkar  dan  letakkan nilai kandungan protein yang  diinginkan  tepat 30 % di tengah-tengah garis  diagonal bujur sangkar tersebut (lihat gambar).                
3.   Pada sisi kiri bujur sangkar cantumkan 2 jenis bahan baku  yang tersedia berikut nilai kandungan proteinnya.  Pada sisi kiri atas adalah bahan baku yang memiliki nilai kandungan protein lebih tinggi (yaitu tepung ikan), sedangkan pada sisi kiri bawah adalah yang memiliki nilai kandungan protein lebih rendah (yaitu dedak).  Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.

Tepung ikan
(60%)
Dedak
(9,6%)

4.   Lakukan perhitungan dengan melakukan pengurangan untuk setiap kandungan protein  bahan baku  antara nilai yang lebih besar dengan nilai kandungan protein yang diinginkan (yang ada di tengah-tengah garis diagonal). Hasilnya merupakan bagian dari masing-masing komponen bahan baku pakan tersebut (lihat gambar).

Tepung ikan                                                                   bagian tepung ikan
(60 %)                                                                          (30 – 9,6 = 20,4)
dedak                                                                            Bagian dedak
(9,6 %)                                                                         (60 – 30 = 30,0)

5.   Lakukan penjumlahan masing-masing komponen bahan baku tersebut, yaitu 20,4 + 30,0 = 50,4.
6.   Nilai yang diperoleh adalah sebagai berikut.
1)   Jumlah  bahan  baku  tepung  ikan  petek  yang  diperlukan adalah 20,4/50,4 x 100 g = 40,48 g atau 40,48%.
2)   Jumlah bahan baku dedak yang diperlukan adalah 30,0/50,4 x 100 g = 59,52 g atau 59,52%

Catatan
Untuk membuktikan kebenaran nilai kandungan protein sebesar 30% atau 30 g protein setiap 100 g fbrmulasi pakan dari bahan baku tepung ikan petek sebesar 40,48 g dan dedak 59,52 g adalah sebagai berikut.
a.   Jumlah protein dari tepung ikan petek adalah 40,48 g x 60% = 24,29 g
b.   Jumlah protein dari dedak adalah 59,52 g x 9,6% = 5,71 g
c.   Total jumlah protein per  100 g formulasi pakan adalah 24,29 g + 5,71 g = 30,0 g

Penyelesaian dengan metode persamaan aljabar
1.   Lihatlah/carilah   berbagai   referensi   yang   berkaitan   dengan kandungan protein dari bahan baku yang tersedia dan akan digunakan, yaitu tepung ikan petek dan dedak.  Dari referensi dapat diketahui bahwa kandungan protein tepung ikan petek adalah 60% dan dedak 9,6%.
2.   Jadikan  variabel  uncuk  masing-masing  baban  baku  yang  akan digunakan yaitu
      X = jumlah berat (gram) tepung ikan per 100 gram formulasi pakan
      Y = jumlah berat (gram) dedak per 100 gram formulasi pakan
3.   Berdasarkan dua variabel  tersebut diperoleh persamaan  1
X + Y = 100  (persamaan 1)
4.   Berdasarkan nilai kandungan protein setiap bahan baku dan nilai protein yang diinginkan diperoleh persamaan 2
0,6 X + 0,096 Y = 30 (persamaan 2)
0,6 adalah nilai 60%  (60/100) dari kandungan protein tepung ikan pecek; 0,096 adalah nilai 9,6% (9,6/100) dari kandungan protein dedak; 30 adalah jumlah protein yang diinginkan untuk setiap 100 g formulasi pakan.
5.     Untuk mendapatkan nilai salah satu variabel,  dibuat persamaan 3 dengan dasar dari persamaan 1
      0,6 X + 0,6 Y = 60  (persamaan 3) (masing-masing dikalikan 0,6 sehingga akan ada 2 persamaan mengandung nilai variabel yang sama yaitu 0,6 X) Lakukan pengurangan dari persamaan 3 yang baru diperoleh dengan persamaan 2 sehingga dapat diperoleh nilai Y yaitu jumlah gram dedak untuk setiap 100 g formulasi pakan.
0,6X  +    0,6   Y     = 60 (persamaan 3)
0,6 X  +  0,096   Y  = 30 (persamaan 2)
0,504  Y  = 30
           Y  = 30/0,504
                      = 59,52
6.     Masukkan nilai Y yang diperoleh dalam persamaan  1  sehingga dapat diperoleh nilai X yaitu jumlah gram tepung ikan petek untuk setiap 100 g formulasi pakan.
X + 59,52  = 100
                  X   = 100 - 59,52
                              = 40,48
Dengan demikian dapat diketahui bahwa untuk menyusun formulasi pakan yang mengandung  protein 30% atau 30 g protein untuk setiap 100 g formulasi pakan diperlukan bahan dari dedak (Y) sebanyak 59,52 g dan tepung ikan petek (X) sebanyak 40,48 g.

Referensi:
http://bisnisukm.com/potensi-bisnis-pakan-ikan-yang-menguntungkan.html
Sahwan M. F., 1999.  PAKAN IKAN DAN UDANG (Formulasi, Pembuatan, Analisis Ekonomi). Penebar Swadaya, Jakarta.

04 November 2017

Pengujian Benih Udang Vaname Kelas Benih Sebar

Benih Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-7252-2006)




BATASAN
Standar ini  menetapkan persyaratan, cara pengukuran, pengujian dan pemeriksaan benih udang vaname kelas benih sebar. 

PERSYARATAN 
Kualitatif  
1)   Nauplius : coklat oranye, gerakan aktif, organ tubuh lengkap, ukuran/bentuk normal, bebas patogen, respon terhadap rangsangan bersifat fototaksis positif. 
2)   Benur : tubuh transparan, gerakan aktif, setelah PL10 organ tubuh sempurna dan ekor mengembang, bebas virus, respon terhadap rangsangan.  

Kuantitatif 
Persyaratan kuantitatif benih vaname seperti pada tabel dibawah ini. 
Tabel : Persyaratan kuantitatif benih vaname

CARA PENGUKURAN, PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN 
1)   Penentuan umur dan stadia : a) umur nauplius dihitung sejak telur menetas; b) stadia larva dengan mengamati perkembangan morfologis larva; c) umur post larva dengan menghitung hari setelah larva. 
2)   Pengukuran panjang total : a) panjang nauplius diukur dari ujung anterior sampai ujung posterior dengan mikrometer pada stadia nauplius 6; b) panjang benur  diukur dari ujung rostrum sampai ujung telson dengan jangka sorong atau mistar. 
3)   Penentuan keseragaman : mengukur panjang total contoh benih dalam populasi, dengan perbedaan panjang total individu ≤ 1 mm, dalam persen. 
4)   Pengujian ketahanan : a) perubahan salinitas dengan memindahkan benur dari salinitas 30 ‰ ke salinitas 0 ‰ secara mendadak selama 5 menit, kemudian dihitung sintasannya (%); b) perendaman formalin dengan memasukkan benur ke dalam larutan formalin    200 ‰ selama 30 menit, kemudian dihitung sintasannya (%). 
5)   Pemeriksaan kesehatan benih : a) pengambilan contoh aa aak a a ≥  ekor untuk pengukuran panjang tubuh dan pengujian parasit/bakteri, deteksi virus dengan PCR; b) pengamatan visual untuk memeriksa tingkah laku, kecukupan pakan dan gejala klinis; c) pengamatan mikroskopis untuk memeriksa parasit, kondisi fisik tubuh; d) pengujian virus (TSV, IHHNV dan WSSV) dengan PCR.
6)   Pengujian respon benih : a) nauplius dengan memberikan cahaya, nauplius yang sehat akan berenang mendekati sumber cahaya; b) benur  dengan memutar air dalam wadah secara sentrifugal, benur yang sehat akan berenang melawan arus. 
7)   Penentuan prevalensi nekrosis : berdasarkan adanya infeksi bakteri yang menyebabkan terjadinya pembusukan organ tubuh.

REFERENSI
BSN, 2006. SNI  01-7252-2006  Benih Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)  Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN