23 Januari 2018

KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA PAKAN IKAN MAS

Pada dasarnya kebutuhan zat gizi ikan sangat tergantung pada jenis serta tingkatan stadianya.  Ikan pada  singkatan stadia dini (berusia muda)  umumnya  memerlukan komposisi pakan  dengan kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan stadia lanjut (berusia dewasa) karena pada tingkat  stadia dini zat  makanan tersebut difungsikan untuk mempertahankan hidup dan juga untuk pertumbuhannya.
Sifat fisik dan bentuk  pakan  yang  diberikan juga sangat  tergantung pada jenis ikan serta tingkatan stadia ikan yang dibudidayakan.  Jenis ikan yang hidup di dasar perairan, seperti udang dan lele, memerlukan pakan yang mudah tenggelam, sedangkan jenis ikan lainnya yang hidup di permukaan air memerlukan pakan yang dapat melayang serta tidak cepat tenggelam.  Dilihat dari bentuknya, ikan pada tingkatan stadia dini memerlukan pakan berbentuk tepung(powder) atau remah (crumble), sedangkan pada tingkatan stadia lanjut berbentuk pelet.

Ikan mas sering pula disebut dengan ikan karper.  Ikan mas termasuk omnivera dengan kecenderungan sebagai karnivora yang memakan jenis-jenis binatang kecil yang hidup di dalam air. Beberapa zat gizi yang dibutuhkan ikan mas seperti tercantum pada Tabel 1.
Jumlah pakan yang diberikan diatur sesuai umur pemeliharaan seperti pada Tabel 2.   Pakan ini diberikan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore  sedikit  demi  sedikit  hingga  mencapai porsi  pakan yang dibutuhkan setiap hari.

TABEL 1. KEBUTUHAN ZAT GIZI IKAN MAS
Zat Gizi
Stadia/Umur/Ukuran
Kebutuhan (%)
Referensi
Protein


Asam Amino
Lemak
Karbohidrat
Vitamin
Mineral
Larva
Juvenil
Dewasa

Semua ukuran
Semua ukuran
Semua ukuran
Semua ukuran
43 – 47
37 – 42
26 – 32
-
6 – 8
20
0,5 – 10
0,25 – 0,5
NCR (1977)
NCR (1977)
Litbang Deptan (1989)

Litbang Deptan (1989)
Litbang Deptan (1989)
Litbang Deptan (1989)
Litbang Deptan (1989)
Sumber : Badan Litbang Deptan (1989)
               Mundayana, dkk (1998)

TABEL 2. JUMLAH PAKAN YANG DIBERIKAN BERDASARKAN UMUR PEMELIHARAAN

Umur Pemeliharaan (Bulan ke-1)
Pemberian pakan (% berat total ikan perhari)
1
2
3
4
5
4
3,5
3
3
2

Referensi:
http://permathic.blogspot.com/2012/03/cara-beternak-ikan-nila.html
Sahwan M. F., 1999.  PAKAN IKAN DAN UDANG (Formulasi, Pembuatan, Analisis Ekonomi). Penebar Swadaya, Jakarta.

17 Januari 2018

KEBUTUHAN UNSUR GIZI PAKAN PADA IKAN LELE DAN IKAN GURAME

Pada dasarnya kebutuhan zat gizi ikan sangat tergantung pada jenis serta tingkatan stadianya.  Ikan pada  singkatan stadia dini (berusia muda)  umumnya  memerlukan komposisi pakan  dengan kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan stadia lanjut (berusia dewasa) karena pada tingkat  stadia dini zat  makanan tersebut difungsikan untuk mempertahankan hidup dan juga untuk pertumbuhannya.
Sifat fisik dan bentuk  pakan  yang  diberikan juga sangat  tergantung pada jenis ikan serta tingkatan stadia ikan yang dibudidayakan.  Jenis ikan yang hidup di dasar perairan, seperti udang dan lele, memerlukan pakan yang mudah tenggelam, sedangkan jenis ikan lainnya yang hidup di permukaan air memerlukan pakan yang dapat melayang serta tidak cepat tenggelam.  Dilihat dari bentuknya, ikan pada tingkatan stadia dini memerlukan pakan berbentuk tepung(powder) atau remah (crumble), sedangkan pada tingkatan stadia lanjut berbentuk pelet.

LELE (Clarias batrachus)

Lele termasuk omnivora dengan kecenderungan karnivora berupa caring, serangga, udang-udangan, dan lain-lain.  Lele juga sering digolongkan ke dalam jenis scavengers karena kesukaannya pada makanan atau bahan organik yang membusuk.
Beberapa referensi menyebutkan bahwa kebutuhan protein yang diperlukan berkisar 35 – 40 %, lemak 9,5 – 10 %, karbohidrat 20 – 30 %, vitamin 0,25 - 0,40 %, dan mineral 1,0 %, masing-masing untuk semua ukuran.  Jumlah pakan yang diberikan 5 - 10% dari berat total ikan yang dipelihara dengan frekuensi pemberian pakan 3 - 5 kali per hari.

GURAMI (Osphronemous gouramy)

Gurami tergolong herbivora, terutama dedaunan.  Dedaunan yang disukainya ancara lain pepaya, keladi, singkong, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, mentimun, dan lain-lain. 
Kebutuhan gizi yang diperlukan gurami secara lengkap belum banyak diketahui kecuali untuk kebutuhan protein.  Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa gurami yang diberi pakan dengan kandungan protein 30 - 32% telah memberikan pertumbuhan yang paling baik.   Jumlah pakan yang diberikan adalah 3 - 5% dari berat total ikan yang dipelihara dengan frekuensi pemberian 3 kali per hari.

Referensi:
http://sinau-ok.blogspot.com/2012/05/cara-membuat-abon-ikan-lele.html
Sahwan M. F., 1999.  PAKAN IKAN DAN UDANG (Formulasi, Pembuatan, Analisis Ekonomi). Penebar Swadaya, Jakarta.

04 Januari 2018

CARA PEMBUATAN PAKAN


Proses pembuatan pakan merupakan kelanjutan dari proses pemilihan dan pengolahan bahan baku. Dalam proses pembuatan pakan ditempuh berbagai tahap, yaitu penggilingan/penepungan, pencampuran, pencetakan, pengeringan, dan pembentukan.

A.   Penggilingan/Penepungan
Penggilingan/penepungan adalah untuk memperkedl dan menghaluskan bahan baku yang semula masih berbentuk gumpalan atau bongkahan sehingga permukaannya menjadi lebih luas.  Dengan demikian, nilai kandungan nutrisi per satuan berat pakan yang dimangsa oleh ikan menjadi lebih besar. Penggilingan/penepungan juga akan mempermudah proses berikutnya, yaitu pencampuran dan pencetakan/pemeletan.

Perlu diperhatikan bahwa pada saat berlangsung proses penggilingan/penepungan, sering kali laju oksidasi bahan baku meningkat karena permukaan partikel semakin luas sehingga memudahkan kontak dengan oksigen di udara.  Oleh karena itu, zat antioksidan seringkali ditambahkan pada saat proses ini berlangsung.  Penambahan zat antioksidan pada proses ini dapat memberikan keuntungan ganda, yaitu 1) meningkatkan stabilitas bahan terhadap oksidasi udara dan mengurangi tingkat oksidasi selama proses berlangsung, dan 2) memperbesar tingkat pencampuran zat antioksidan yang jumlahnya
Hasil Penggilingan/penepungan perlu diayak lagi untuk mendapatkan Partikel yang sesuai dengan stadia pertumbuhan ikan/udang tidak terlalu besar secara lebih merata sehingga stabilitas produk akhir cerhadap proses oksidasi menjadi lebih terjamin.
Bahan baku yang telah digiling kemudian diayak untuk mendapatkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan ikan.  Semakin kecil stadia ikan maka partikel pakan semakin halus. Beberapa jenis bahan pengayak yang dapat digunakan antara lain ayakan kawat, ayakan nilon, ayakan kopi, dan lain-lain.  Peralatan lain yang digunakan dalam proses penggilingan/penepungan antara lain alat penumbuk padi, alat penggiling, mesin penepung (hammer mill) atau grinder yang digerakkan dengan tenaga listrik.  Selain cukup sederhana dan tidak perlu investasi besar, .peralatan ini dapat menghemat tenaga manusia, produk yang dihasilkan juga cukup lumayan, yaitu dapat mencapai tingkat produksi sekitar 240—400 kg/hari.

B.    Pencampuran
Bahan baku yang telah berbentuk tepung ditimbang sesuai dengan jumlah bahan baku yang akan digunakan.  Apabila bahan baku yang akan digunakan cukup banyak sebaiknya digunakan timbangan
 Serok berfungsi sebagai pengganti mixer untuk mencampur bahan dalam jumlah banyak duduk atau timbangan beras. Namun, bila sedikit sebaiknya menggunakan timbangan kue atau timbangan lainnya yang mempunyai tingkat ketelitian lebih tinggi.
Setelah ditimbang, bahan dicampur secara merata dan homogen agar seluruh bagian pakan yang dihasilkan mempunyai komposisi  zat  gizi  yang   merata   dan   sesuai  dengan   formulasi.     Pencampuran bahan-bahan dilakukan secara bertahap mulai dari bahan yang volumenya paling besar hingga bahan yang volumenya paling kecil. Pencampuran bahan baku dalam jumlah kecil dapat dilakukan pada wadah dan pengadukannya dapat dilakukan dengan tangan atau alat seperti centong nasi.   Pencampuran bahan baku  dalam jumlah besar biasanya menggunakan alat bantu, misalnya serok sebagai pengganti mesin pencampur (mixer).   Untuk memperoleh basil yang sempurna dan homogen dan apabila biaya tersedia maka dianjurkan menggunakan mesin pencampur (mixer).

C.   Pencetakan/Pemeletan
Setelah tercampur merata, campuran bahan baku tersebut kemudian diseduh dengan air panas dan diaduk lagi hingga menjadi adonan yang berbentuk pasta.  Pasta ini kemudian digiling dengan alat  pencetak.     Alat  pencetak  yang  paling  sederhana  menggunakan alat penggiling daging dan yang lebih canggih berupa mesin pencetak pelec (CPM pellet mill).   Jika menggunakan alat ini maka bahan baku harus dalam keadaan kering.

D.  Pengeringan           
Bahan baku yang telah tercetak menjadi pelet kemudian dikeringkan.  Pengeringan ini untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan atau pelet sehingga menjadi minimal dan stabil (seldiar  10%).    Dengan  demikian,  pakan  tidak  mudah  ditumbuhi Jamur atau mikrobe yang telah dibuat.
Pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan bantuan sinar matahari dan secara mekanik dengan bantuan alat (oven) pengering. Kedua cara tersebut tentu mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Pengeringan secara alami, misalnya, tidak memerlukan biaya investasi  dan operasional  alat,  tetapi sangat tergantung pada terik sinar matahari dan diperlukan lahan untuk penjemuran.  Sebaliknya, jika digunakan alat pengering maka diperlukan biaya investasi dan operasional alat, tetapi pengeringan dapat dikerjakan di setiap waktu tanpa terikat musim, luas lahan yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat ditekan, suhu lebih mudah diacur sesuai keinginan.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan tersebut dan bila lahan penjemuran tersedia maka pada saat terik matahari sebaiknya dilakukan pengeringan secara alami (penjemuran).  Sebaliknya, bila tiba musim hujan atau lahan penjemuran tidak cukup tersedia maka sebaiknya digunakan alat pengering walaupun diperlukan biaya tambahan.
Pengeringan secara alami dengan bantuan sinar matahari merupakan alternatii uncuk menghemat biaya operasional, terutama jika

Pada saat dijemur,  pellet sesekali dibalik-balik agar proses pengeringan lebih meratalahan penjemuran cukup tersedia. Untuk  mengatasi biaya investasi yang besar bagi pengadaan alat pcngering maka dibuat alat pengering sederhana yang menggunakan tenaga kompor minyak tanah yang sangat cocok  dikembangkan  di  pcdcsaan,  tcrmasuk  untuk  mengeringkan pakan atau pelet yang telah dibuat.

E.   Pembentukan
Bentuk pakan berkaitan erat dengan tingkat stadia (umur) ikan. Ikan dengan stadia dini (larva) biasanya diberi pakan berbentuk tepung (powder), suspensi, atau lembaran; ikan stadia juvenil diberi pakan berbentuk remah (crumble); ikan stadia lanjut (dewasa) diberi pakan bentuk pelet.
Sesuai dengan kebutuhan jenis dan stadia ikan maka pakan yang semula  berbentuk  pelet  dapat  dijadikan  bentuk  lain  misalnya bentuk rumah, tepung, atau bentuk-bentuk lainnya dengan menggunakan alat yang paling sederhana (misalnya penggiling kopi).
Mesin untuk mengubah .pakan berbentuk pelet menjadi bentuk tepung disebut mesin mikro pulverizer, sedangkan alat untuk mengubah menjadi bentuk remah disebut mesin crumble.   Setelah proses  pembuatan  pakan  selesai  maka  pelet  yang  dibuat  siap dikonsumsi ikan atau dipasarkan.

Referensi:
Sahwan M. F., 1999.  PAKAN IKAN DAN UDANG (Formulasi, Pembuatan, Analisis Ekonomi). Penebar Swadaya, Jakarta.

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN