Proses pembuatan pakan merupakan kelanjutan dari proses pemilihan dan pengolahan bahan baku. Dalam proses pembuatan pakan ditempuh berbagai tahap, yaitu penggilingan/penepungan, pencampuran, pencetakan, pengeringan, dan pembentukan.
A. Penggilingan/Penepungan
Penggilingan/penepungan adalah untuk memperkedl dan menghaluskan bahan baku yang semula masih berbentuk gumpalan atau bongkahan sehingga permukaannya menjadi lebih luas. Dengan demikian, nilai kandungan nutrisi per satuan berat pakan yang dimangsa oleh ikan menjadi lebih besar. Penggilingan/penepungan juga akan mempermudah proses berikutnya, yaitu pencampuran dan pencetakan/pemeletan.
Perlu diperhatikan bahwa pada saat berlangsung proses penggilingan/penepungan, sering kali laju oksidasi bahan baku meningkat karena permukaan partikel semakin luas sehingga memudahkan kontak dengan oksigen di udara. Oleh karena itu, zat antioksidan seringkali ditambahkan pada saat proses ini berlangsung. Penambahan zat antioksidan pada proses ini dapat memberikan keuntungan ganda, yaitu 1) meningkatkan stabilitas bahan terhadap oksidasi udara dan mengurangi tingkat oksidasi selama proses berlangsung, dan 2) memperbesar tingkat pencampuran zat antioksidan yang jumlahnya
Hasil Penggilingan/penepungan perlu diayak lagi untuk mendapatkan Partikel yang sesuai dengan stadia pertumbuhan ikan/udang tidak terlalu besar secara lebih merata sehingga stabilitas produk akhir cerhadap proses oksidasi menjadi lebih terjamin.
Bahan baku yang telah digiling kemudian diayak untuk mendapatkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Semakin kecil stadia ikan maka partikel pakan semakin halus. Beberapa jenis bahan pengayak yang dapat digunakan antara lain ayakan kawat, ayakan nilon, ayakan kopi, dan lain-lain. Peralatan lain yang digunakan dalam proses penggilingan/penepungan antara lain alat penumbuk padi, alat penggiling, mesin penepung (hammer mill) atau grinder yang digerakkan dengan tenaga listrik. Selain cukup sederhana dan tidak perlu investasi besar, .peralatan ini dapat menghemat tenaga manusia, produk yang dihasilkan juga cukup lumayan, yaitu dapat mencapai tingkat produksi sekitar 240—400 kg/hari.
B. Pencampuran
Bahan baku yang telah berbentuk tepung ditimbang sesuai dengan jumlah bahan baku yang akan digunakan. Apabila bahan baku yang akan digunakan cukup banyak sebaiknya digunakan timbangan
Serok berfungsi sebagai pengganti mixer untuk mencampur bahan dalam jumlah banyak duduk atau timbangan beras. Namun, bila sedikit sebaiknya menggunakan timbangan kue atau timbangan lainnya yang mempunyai tingkat ketelitian lebih tinggi.
Setelah ditimbang, bahan dicampur secara merata dan homogen agar seluruh bagian pakan yang dihasilkan mempunyai komposisi zat gizi yang merata dan sesuai dengan formulasi. Pencampuran bahan-bahan dilakukan secara bertahap mulai dari bahan yang volumenya paling besar hingga bahan yang volumenya paling kecil. Pencampuran bahan baku dalam jumlah kecil dapat dilakukan pada wadah dan pengadukannya dapat dilakukan dengan tangan atau alat seperti centong nasi. Pencampuran bahan baku dalam jumlah besar biasanya menggunakan alat bantu, misalnya serok sebagai pengganti mesin pencampur (mixer). Untuk memperoleh basil yang sempurna dan homogen dan apabila biaya tersedia maka dianjurkan menggunakan mesin pencampur (mixer).
C. Pencetakan/Pemeletan
Setelah tercampur merata, campuran bahan baku tersebut kemudian diseduh dengan air panas dan diaduk lagi hingga menjadi adonan yang berbentuk pasta. Pasta ini kemudian digiling dengan alat pencetak. Alat pencetak yang paling sederhana menggunakan alat penggiling daging dan yang lebih canggih berupa mesin pencetak pelec (CPM pellet mill). Jika menggunakan alat ini maka bahan baku harus dalam keadaan kering.
D. Pengeringan
Bahan baku yang telah tercetak menjadi pelet kemudian dikeringkan. Pengeringan ini untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan atau pelet sehingga menjadi minimal dan stabil (seldiar 10%). Dengan demikian, pakan tidak mudah ditumbuhi Jamur atau mikrobe yang telah dibuat.
Pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan bantuan sinar matahari dan secara mekanik dengan bantuan alat (oven) pengering. Kedua cara tersebut tentu mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Pengeringan secara alami, misalnya, tidak memerlukan biaya investasi dan operasional alat, tetapi sangat tergantung pada terik sinar matahari dan diperlukan lahan untuk penjemuran. Sebaliknya, jika digunakan alat pengering maka diperlukan biaya investasi dan operasional alat, tetapi pengeringan dapat dikerjakan di setiap waktu tanpa terikat musim, luas lahan yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat ditekan, suhu lebih mudah diacur sesuai keinginan.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan tersebut dan bila lahan penjemuran tersedia maka pada saat terik matahari sebaiknya dilakukan pengeringan secara alami (penjemuran). Sebaliknya, bila tiba musim hujan atau lahan penjemuran tidak cukup tersedia maka sebaiknya digunakan alat pengering walaupun diperlukan biaya tambahan.
Pengeringan secara alami dengan bantuan sinar matahari merupakan alternatii uncuk menghemat biaya operasional, terutama jika
Pada saat dijemur, pellet sesekali dibalik-balik agar proses pengeringan lebih merata, lahan penjemuran cukup tersedia. Untuk mengatasi biaya investasi yang besar bagi pengadaan alat pcngering maka dibuat alat pengering sederhana yang menggunakan tenaga kompor minyak tanah yang sangat cocok dikembangkan di pcdcsaan, tcrmasuk untuk mengeringkan pakan atau pelet yang telah dibuat.
E. Pembentukan
Bentuk pakan berkaitan erat dengan tingkat stadia (umur) ikan. Ikan dengan stadia dini (larva) biasanya diberi pakan berbentuk tepung (powder), suspensi, atau lembaran; ikan stadia juvenil diberi pakan berbentuk remah (crumble); ikan stadia lanjut (dewasa) diberi pakan bentuk pelet.
Sesuai dengan kebutuhan jenis dan stadia ikan maka pakan yang semula berbentuk pelet dapat dijadikan bentuk lain misalnya bentuk rumah, tepung, atau bentuk-bentuk lainnya dengan menggunakan alat yang paling sederhana (misalnya penggiling kopi).
Mesin untuk mengubah .pakan berbentuk pelet menjadi bentuk tepung disebut mesin mikro pulverizer, sedangkan alat untuk mengubah menjadi bentuk remah disebut mesin crumble. Setelah proses pembuatan pakan selesai maka pelet yang dibuat siap dikonsumsi ikan atau dipasarkan.
Referensi:
Sahwan M. F., 1999. PAKAN IKAN DAN UDANG (Formulasi, Pembuatan, Analisis Ekonomi). Penebar Swadaya, Jakarta.